Dr. Teuku Muttaqin Mansur, M.H.

Dr. Teuku Muttaqin Mansur, M.H.

(Dosen Hukum Adat pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh, Email: tmuttaqien@gmail.com)

Part 1: Cah Rot

Cah rot atau cah ret atau cah raueh merupakan usaha orang tua calon mempelai lelaki mengobsevarsi (melakukan pemerhatian) terhadap seorang anak gadis yang akan dipersunting anak lelakinya. Dalam masyarakat Aceh, kebiasaan ini biasanya dilakukan oleh kedua orang tua lelaki, atau bersama dengan kerabat keluarga dan tetua gampong lainnya.

Pada masa lalu, cah rot didominasi atas inisiatif orang tua untuk melihat-lihat calon mempelai wanita kepada anaknya. Orang tua pergi ke rumah calon untuk melihat, seperti prilaku, kebiasaan, dan keadaan Si Gadis calon mempelai.

Saat orang tua lelaki memasuki rumah si Gadis, akan diperhatikan dengan seksama bagaimana keadaan si Gadis tersebut waktu itu. Jika kebetulan didapati dia membawa pulang air dari sumur atau sungai, menurut kebiasaan alamat, maka  itu merupakan pertanda baik. Dan diusahakan meminangnya sampai berhasil.  Jika sebaliknya, misalnya didapati si Gadis sedang menyapu sampai halaman rumah atau sedang memaki-maki, walau yang dimaki itu ayam, ini pertanda/alamat  tidak baik.

Jika yang dituju tersebut sudah diyakini, biasanya akan terjadi pembicaraan berikut:

Oooo,  karayek si Nyak geutanyoe?, peu kana urueng keuruleng-keuruleng ka?

Dalam pembicaraan juga biasa diselip kata-kata:

Adak meu juet bungong nyoe bah keu anuek ulon tuan, bek dipot le gob le.

Selanjutnya, ada juga perilaku orang tuan anak muda yang mengutus ‘intel’ untuk ‘menginteli’ si Gadis dan keluarganya. ‘Intel’ tersebut berperan menyelidiki kebiasaan si Gadis dan keluarganya dengan menanyakan kepada jiran tetangga atau kerabat mereka secara diam-diam. Ini dilakukan agar nantinya calon isteri anak lelakinya mendapatkan orang yang sesuai dan cocok.

Di era moderen di mana pergaulan muda-mudi dijalankan dengan berbagai cara (media sosial, HP, sekolah, atau lainnya), biasanya anak lelaki tidak malu-malu lagi mengungkapkan isi hatinya kepada orang tua untuk meminang gadis yang dia idamkan, bahkan si Pemuda dan gadis tersebut telah punya kesepakatan di awal untuk dilamar dan menerima lamaran.

Jika pihak keluarga si Pemuda sudah yakin akan si Gadis dan keluarganya serta dianggap sudah sekufu atau cocok dengan anak lelakinya, maka akan dilaksanakan seulangkee.

 

Seulangkee, tunggu Part 2…

 

Tags: