Oleh:

Teuku Muttaqin Mansur

Puisi, Untuk Anak-anakku

Puisi Guru SMA Seribu Bukit untuk murid-muridnya sangat menyentuh sanubari. Tulisan puisi dengan judul: “Untuk Anak-anakku…”. Puisi yang tidak dibubuhkan nama pengarangnya terpajang di sudut ruangan panggung depan Aula SMA Seribu Bukit Blangkejeren, Kabupaten Gayo Luwes.

Geuthèë Institute sempat mengabadikan puisi tersebut (Jum’at 10 Agustus 2018) disela-sela pengembalian mahasiswa KKN Universitas Syiah Kuala Angkatan ke-15 yang ditempatkan di Blangpegayon, Kabupaten Gayo Luwes.

 

 

Untuk Anak-anakku…

 Oleh: Anonim

 

Walau kaki telah melangkah

Citamu pun telah terarah

Apakah salahnya

Tolehkan wajahmu kebelakang?

 

Di sini masih ada senyum ine (ibu)…ama (bapak)…

 

Dulu, kau datang dengan pakaian putih abu dan penuh lugu

Kau latih langkahmu lewat bimbingan para guru

Walau tertatih-tatih…kau telah sampai dicitamu

Semua itu adalah peluh Bapak, Ibu gurumu…

 

Duhai anakku yang telah jadi dokter…

Guru tak berharap obat gratis tanda sumbangsihmu

 

Duhai anakku yang  telah jadi pejabat…

Guru tak berharap engkau angkat harkat dan martabatnya

 

Duhai anakku yang telah jadi teknokrat…

Guru tak berharap kau bangunkan gubuknya

 

Kelak…bila kami telah tiada

Cukuplah Engkau berbakti pada Ilahi, orang tua, juga negerimu

Sehingga, Seribu Bukit ini, bangga memiliki generasi sepertimu

 

Guru tak berharap kau bangunkan tugu prasasti sejarah

Untuk mengenang segala jasa-jasanya…

 

Selamat berjuang anak-anakku…

Negeri ini menunggu torehan karyamu…

 

SMA Seribu Bukit, Tanpa Tanggal Bulan dan Tahun.

 

 

 

 

Tags: , , , ,