Oleh: Teuku Muttaqin Mansur (Direktur Geuthee Institute)
Rumoh Aceh merupakan salah satu identitas kebudayaan yang seharusnya tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Mirisnya, pengaruh modernisasi membuat bangunan Rumoh Aceh dianggap ketinggalan zaman.
Padahal orang terdahulu (Endatu) Aceh menciptakan Rumoh Aceh penuh filosofi dan makna, termasuk makna Islami yang tercermin dari arah tampung timur barat (menunjukkan arah kiblat shalat).
Kini, masyarakat Aceh mulai merubah haluan dengan membangun rumah baru berbentuk minimalis dan bergaya Asing. Pembangunan rumah berarsitek minimalis dan bergaya Asing menunjukkan bahwa alam pikir bawah sadar masyarakat kita ada pada tataran modernitas atau setidak-tidaknya mulai tidak lagi mencintai identitas sendiri.
Hal ini berbeda jauh dengan masyarakat Jawa, Bali, Sumatera Barat, dan beberapa daerah lainnya. Walaupun modernitas juga menghampiri mereka, namun identitas daerah seperti rumah tetap masih dipertahankan.
Barangkali, orang akan mengatakan, mana mungkin kita membangun kembali Rumoh Aceh berbentuk panggung dengan bahan kayu. Ada benarnya, tetapi setidak-tidaknya karakter asas Rumoh Aceh walaupun sudah berbentuk permanen tetap terasa, katakanlah tampung dengan mempertahankan tampung rumoh Aceh seperti gambar di atas.