Puas menjelajah gua, kami pun bergerak ke lokasi lain yang tak terlalu jauh dari Gua Batee Meucanang. Berbeda dengan ke gua yang berada dipinggir jalan, air terjun berada jauh di bawah jurang dari jalan yang kami lalui. Tidak ada tangga seperti di gua. Jadi, harus jalan setapak. Saya dan Pak Muslim memberanikan diri, apalagi jarang-jarang melihat air terjun secara langsung. Meskipun jalan setapak, dapat dikatakan lokasi air terjun ini sangat dekat dengan perkampungan. Saya terus mengikuti staf Pak Keuchik dari belakang. Akar-akar kayu dan bebatuan di tanah saya jadikan sebagai tempat pijakan.
Alhamdulillah, saya adalah orang kedua sampai ke dekat air terjun. Tampak air terjun kecil turun membelah di atas batu besar berlumut hijau. “Indah sekali karunia Allah ini,” saya membatin. Momen itu, tak saya sia-siakan, kamera handphone langsung saya nyalakan. Beberapa bidikan penting saya abadikan. Saya juga minta staf keuchik mengabadikan saya di lokasi air terjun itu.
Gemuruh air terjun yang mengalir deras terdengar di balik batu besar dan pepohonan rindang yang sedikit menutupinya. Satu orang staf Pak Keuchik yang berjalan di depan memanggil, “Pak, keunoe neujak, jinoe lubeeh rayeuk ie terjun jih/Pak, kemari, di sebelah sini air terjunnya lebih besar dan lebih jelas terlihat,” katanya.
Kesempatan ini tak saya sia-siakan. Sepatu yang tadinya saya pakai pun saya lepaskan. Kemudian saya langkahkan kaki perlahan ke dalam air. Sambil berjalan, sesekali saya basuh muka dan percikkan air ke kepala. Sejuk, dingin, jernih, dan segar. Itulah yang saya rasakan kala itu. Air terjun besar sudah di depan mata.
Sejurus kemudian, Pak Keuchik, Pak Muslim, dan beberapa staf keuchik mendekat ke air terjun besar. Bidikan kamera hp saya berkali-kali mengabadikan setiap momen air terjun yang mengalir deras. Bahkan, rekaman video pun sesekali saya gunakan untuk merekam jatuhnya air terjun.
Ketika kami menanyakan, apa nama air terjun ini, Pak Keuchik dan staf mengatakan agak sedikit ragu bahwa nama air terjun ini adalah air terjun Batee Meucanang. Ada juga yang mengatakannya air terjun ceuraceu.
Diskusi di depan air terjun itu kemudian memunculkan nama baru, yakni nama yang melegenda di Gampong Batee Meucanang, yaitu cerita Putroe Bungsu. Akhirnya, tercetuslah nama baru lokasi itu sebagai “Air Terjun Putroe Bungsu” Gampong Batee Meucanang.
Air terjun ini menambah pesona dan keasrian Gampong Batee Meucanang. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada gampong ini beserta masyarakatnya. Ayo berkunjung ke Batee Meucanang. Semoga bermanfaat.
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Pesona Batee Meucanang di Labuhan Haji Barat, https://aceh.tribunnews.com/2021/06/26/pesona-batee-meucanang-di-labuhan-haji-barat?page=3.
Tags: Air Terjun, batee meucanang, Labuhan Haji Barat, Putroe Bungsu, Teuku Muttaqin Mansur, wisata